Exorcise Activity: The Autism.(Part 11)

Cerita sebelumnya…

Aku sangat malu dan heran saat itu karena apa yang adikku ceritakan padanya sangatlah tak masuk akal. Mana mungkin aku melakukan hal aneh seperti itu karena di rumah tidak pernah terjadi perselisihan yang sampai menyebabkan pertengkaran. Kulupakan hal saja itu, aku tak mau waktu berhargaku ini dihabiskan dengan penuh pertanyaan seperti ini.


“Oh iya, ngomong-ngomong apa aku boleh tau namamu?” tanyaku padanya untuk mengalihkan pembicaraan.


“Namaku Lyana Fatma, aku biasa dipanggil Lian. Oh iya, disini aku hanya perawat magang dari SMK Keperawatan”jawabnya.


“Oh okay… Lian! hehe.. aku Abraham Noor”ucapku.


Dia hanya tersenyum, kemudian dia melihat ke arah jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul 06.44 lalu dia terlihat seperti orang yang panik.

“Aku harus cepat absen. Dah.. Abraham duluan, yaa” dia pergi dan melambaikan tangannya padaku. Tanpa sempat aku membalas lambaian tangannya.

Akupun segera berangkat ke sekolah setelah membeli beberapa kue. Ku pacu gas motorku dan meluncur menuju sekolah. Suasana pagi itu rasanya sangat cerah dan penuh kebahagiaan. Sepanjang jalan aku tersenyum sendiri seperti orang yang sedang kasmaran dan bertemu pujaan hatinya.


Jam 06.55, akhirnya aku sampai disekolah. Aku memarkirkan motorku dekat dengan pos satpam dan pohon rindang. Tiba-tiba mendadak suasana saat itu berbeda dari menit sebelumnya. Awan tiba-tiba berubah menjadi ke abu-abuan.


“Duuh.. kok tiba-tiba mendung begini!” gumamku.


Setelah itu pandanganku tiba-tiba terfokus pada seseorang di dekat pohon rindang. Ku amati seseorang itu, dia berambut Panjang dan mengenakan baju setelan seragam SMA. Dia sedang jongkok dan dari pandanganku sepertinya dia sedang bersedih. Aku berinisiatif untuk mendekatinya dan mencoba untuk menyapanya. Ku dekati secara peralahan saat aku ingin menupuk pundaknya, tiba-tiba..


KRIIIINGG…. KRIINGG… KRINGG!!!


Bel masuk telah berbunyi, aku membalikkan badanku melihat kearah bangunan sekolah.


“Duuhh.. sudah bel” gumamku.


Setelah itu aku membalikkan lagi badanku untuk menyapa siswi perempuan yang tadi sedang berjongkok di bawah pohon rindang. Namun saat aku beranjak dia sudah tidak ada disana.


“Loh kemana dia?” tanyaku.


Tiba-tiba hujan turun tanpa diaba-aba dan angin kencangpun datang menerpaku. Aku berlari menuju bangunan sekolah. Saat itu suasana terasa dingin dan mencekam. Padahal sebelumnya langit tidak mendung dan begitu cerah tapi cuaca berubah dengan begitu cepatnya.


Saat sampai di bangunan sekolah. Aku melihat kembali ke arah parkiran tempat dimana siswi perempuan itu berdiam diri dan masih belum aku temukan siswi perempuan itu dimana.


“Siapa dia sebenarnya ??”

Penasaran gimana kelanjutannya? Yuk ikutin terus cerita berantai dari kelas Emphatic

Cerita selanjutnya…

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai